
Di  jalan-jalan di Kairo pada hari Sabtu, teriakan dan yel-yel para  demonstran sangat jelas, ketika mereka menanggapi pidato Presiden Hosni  Mubarak. Mubarak menyatakan bahwa ia akan mengganti pemerintahannya -  dan ini hanya taktik Mubarak yang ingin menyalamatkan dirinya dari  kemarahan rakyat. Semuanya akan sia-sia.
Banyak taktik yang digunakan Mubarak, yang sebenarnya hanya  membuang-buang waktu, dan ingin mengelebaui rakyat, saat menghadapi  kemarahan yang meluas di seluruh Mesir, Jum'at lalu. Di jalan-jalan di  seluruh Mesir, rakyat meneriakkan yel-yel, "Rakyat ingin rezim Mubarak  jatuh", suara yel-yel mereka. Pada hari Sabtu, suara rakyat di jalanan  sangat jelas bahwa mereka hanya meneriakan, "Kami hanya ingin Fir'aun  itu segera pergi dari Mesir", di Tahrir Square. Mereka tidak membutuhkan  reshufle (pergantian) kabinet.

"Semua  orang tahu bahwa Mubarak tidak membuat keputusan", kata seorang wanita  muda di Cairene yang tidak mau menyebutkan namanya. "Mengapa dia  berpikir rakyat masih menginginkan dia?", kata Mustafa, 47, seorang guru  di Kairo. "Apa dia pikir dia firaun", tambahnya.
"Rakyat hanya ingin dia pergi," kata Mahmoud, seorang pemuda  mengambil gambar sebuah mal yang terbakar di tepi sungai Nil, menjarah  pada hari Jumat malam. "Dan sepertinya kita hampir sampai.. Saya tidak  tahu bagaimana, tetapi kita bisa merasakannya, kekuasaan Mubarak akan  berakhir", ujarnya

Sabtu,  Mubarak mengambil sumpah Omar Suleiman (76), kepala intelijen Mesir,  sebagai wakil presiden. Keputusan ini sudah dapat diprediksi sebelumnya.  Ini merupakan hasil negosiasi antara kepentingan AS dan Israel. Di mana  kedua negara itu ingin Mubarak tetap melanjutkan misinya bagi  kepentingan Israel dan AS. Khususnya menjaga stabilitas di kawasan Timur  Tengah, dan mengeliminasi setiap ancaman bagi kedua negara 'induk  semangnya', yaitu Israel dan AS.

Sebelumnya,  Dubes AS di Cairo, Margareth Scoby, secara intensif melakukan dialog di  berbagai kalangan, termasuk pihak fihak-fihak yang mewakili kepetingan  Israel. Ini memang sangat aneh, karena selama 30 tahun pemerintahannya,  Presiden Mesir tidak pernah memiliki wakil presiden, maka spekulasi  bahwa anaknya Gamal sedang dipersiapkan sebagai ahli waris dinasti itu  dengan sendirinya tidak terjadi. Dan, Omar Sulaimen memiliki misi khusus  yang akan mengantarkan proses transisi politik di Mesir, yang  memungkinkan dirinya menggantikan Mubarak.

Seperti  kabar yang beredar, spekulasi merebak bahwa kepala intelijen Mesir,  yang akan menjadi presiden bayangan, yang memiliki dukungan dari militer  Mesir masih populer, adalah kaki tangan AS dan Israel, yang akan  mengelola transisi perubahan, dan  menjaga komitmen internasional Mesir,  khususnya terhadap kepentingan Israel yang menyangkut keamanan negara  Yahudi, yang mendapatkan dukungan AS.
Omar Sulaiman, yang menjadi Kepala Intelijen Mesir, sudah berkarya di  bidangnya dalam kurun waktu yang panjang, hampir 20 tahun, yang  sebelumnya seorang perwira kavaleri. Omar memiliki pengalaman diplomasi  internasional, khususnya menjalankan misi khusus Israel dan AS, yang  bertujuan untuk mencegah Hamas, agar tidak membahayakan keamanan Israel.
Omar terus menekan Hamas agar mau menerima Otoritas Palestina (PA)  dan Mahmud Abbas, dalam sebuah pemerintahan koalisi. Israel dan AS tahu,  misi yang harus dijalankan oleh Omar itu hanyalah untuk 'mengerdilkan'  kekuatan Hamas. Omar juga menjalankan misi Israel, menekan Hamas untuk  melepaskan Kopral Gilad Shalid, yang diculik, dan sampai sekarang belum  dibebaskan.

Omar  Sulaimen, sebelum invasi militer Israel ke Gaza berlangsung, beberapa  kali melakukan kunjungan ke Yerusalem, bertemu dengan Perdana Menteri  Olmert dan Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak.
Wikileaks yang membuka kabel diplomatik AS baru-baru ini yang  menyebutkan Suleiman sebagai pengganti potensial untuk Mubarak.  Informasi Wikileaks itu menggambarkan kepala intelijen Mesir, Omar  Sulaiman sebagai "kepercayaan' Mubarak," mengutip kabel AS bahwa  Sulaeman dengan "latar belakang militer", yang sudah berkuasa dalam  beberapa dekade bersama Mubarak.

Mubarak  bukan hanya menunjuk kepala intelijen Mesir, tetapi juga mengangkat  panglima angkatan udara Mesir, yang sebelumnya menjadi menteri  perhubungan dan transportai udara, diangkat menjadi perdana menteri yang  baru. Ahmed Atief yang dekat dengan kalangan militer, diharapkan dapat  mengendalikan militer Mesir, agar tetap berpihak kepada Mubarak, di  hari-hari akhir kekuasaannya.
Tetapi, hari Minggu, aksi kembali pecah di seantero Mesir, yang pada  pagi harinya tampak tenang, di mana sebelumnya telah terjadi konfrontasi  habis-habisan antara rakyat Mesir melawan polisi anti huru-hara, dan  aparat militer, pasa hari Jum'at. Rakyat kembali melakukan aksi, di  tengah-tengah tindakan Mubarak, yang ingin mengacaukan akski para  demonstrans dengan menggerakan para 'kriminal' melakukan penjarahan. Ini  semuanya adalah taktitk busuk Mubarak.
Para demonstran menyatakan, "Saya rasa ini adalah akhir dari  Mubarak," teriak mereka. Sekrang telah santer terdengar adanya  desas-desus telah terjadi terjadi perpecahan antara Mubarak dan Angkatan  Darat, dan memilih mendukung para pengunjuk rasa. "Saya pikir dia  (Mubarak) akan hilang dalam beberapa jam," katanya, seorang bersorak di  di Tahrir Square.

"Kami  tidak akan pergi sampai Mubarak didorong keluar seperti Ben Ali  [digulingkan Presiden Tunisia]", teriak mereka. "Ini adalah sejarah jam,  menit, bukan hari. Semuanya terjadi begitu cepat. Ini adalah awal dari  sebuah era baru bagi Mesir, yang kita telah menunggu selama 30 tahun  Kita sekarang. Bisa menyebutnya revolusi", galau mereka.
Saat di tanya oleh CNN tentang flash sticker di CNN, yang mengatakan  bahwa Raja Arab Saudi, Abdullah telah menjanjikan dukungan untuk  Mubarak?
Seorang demonstran tertawa: "Semua rezim-rezim Arab, mereka takut.  Mereka tahu bahwa jika Mubarak jatuh, mereka akan mendapat giliran  berikutnya, Tunis memberi inspirasi kami, tapi Mesir adalah awal dari  akhir untuk rezim-rezim diktator di dunia Arab... Mereka semua takut  sekarang. " mn/tm